BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Gejala
yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut,
perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas
sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit
seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau
lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat
pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila
penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut
penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan gastritis
yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah
kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.
Penyebab
dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan (20%),
merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi
(2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga
disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi danChron’s
Disease.
Salah
satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter
pylori (H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di
lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan
penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia
terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah
sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi
Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun
2001, menyatakan diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah
terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004). Penemuan infeksi Helicobacter
pylori ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada
beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup
tinggi.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan gastritis ?
2. Bagaimana
penyebab dari gastritis ?
3. Apa
gejala yang ditimbulkan dari gastritis ?
4. Bagaimana
patofisiologis gastritis akut dan gastritis kronik ?
5. Pengobatan
apa yang dilakukan untuk penyakit gastritis ?
6. Pencegahan
yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai tindakan preventif ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui definisi dari gastritis
2. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya peradangan lambung (gastritis)
3. Untuk
mengetahui gejala-gejala dari gastritis
4. Untuk
mengetahui patofisiologi gastritis akut dan gastritis kronik
5. Untuk
mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita gastritis
6. Untuk
mengetahui tindakan preventif dari gastritis tersebut.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1 Pengertian
Gastritis atau
lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi
faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus
beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Gastritis
merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik adanya anorexia,
rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium, nausea, muntah.
Secara
umum definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding lambung terutama pada
mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering
ditemui diklinik karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis.
2.2 Jenis-jenis Gastritis
Gastritis Akut
Gastritis
akut adalah inflamasi akut pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang
ringan dan sembuh sempurna (Hirlan,2001:127).
Gastritis
akut adalah inflamasi mukosa lambung akibat diit sembrono (Brunner dan
Suddarth,2001: 1062). Sedangkan menurut Silvia.A. Price dan M. Wilson (1995)
Gastritis superfisial akut merupakan penyakit yang biasa ditemukan biasanya
jinak dan dapat sembuh sendiri merupakan respon mukosa lambung terhadap
berbagai iritan lokal.
Gastritis Kronik
Gastritis
kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylory.
(Brunner dan Suddart 2001 : 1062)
2.3
Penyebab Gastritis
a) Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H.
pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic
ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu
perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau
dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat
bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena
infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak
mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada
penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan
yang lain tidak.
b) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS)
seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara
terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer.
c) Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal.
d) Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dangastritis.
e) Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma,
luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan
juga borok serta pendarahan pada lambung.
f) Kelainan autoimmune.
Autoimmune
atrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal
ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi
faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika
tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
g) Crohn's disease.
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan
kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini,
gejala-gejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan
diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejalagastritis.
h) Radiasi and kemoterapi.
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan
radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya
sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung.
i)
Penyakit bile
reflux.
Bile (empedu)
adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian
saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah ototsphincter yang
berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir
balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka
empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
j)
Faktor-faktor
lain.
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
2.4 Gejala
Gastritis
a.
Gastroenteritis.
Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya
terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut
dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering
hilang dalam satu atau dua hari sedangkan untuk gastritis dapat
terjadi terus menerus.
b.
Heartburn.
Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang
tulang dada ini biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam
lambung naik dan masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara
tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa
asam pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna kembali
ke mulut.
c.
Stomach
ulcers.
Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus
menerus dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok
dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung
adalah luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum adalah
rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung sedang
kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai
beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit
ini dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga
sebaliknya.
d.
Nonulcer
dyspepsia.
Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada
penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress
dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan berlemak
diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit pada perut atas,
kembung dan mual.
2.5 Patofisiologi
a.
Gastritis
Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh
karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas,
panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan
saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida
(HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat
kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang
berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu
fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon
mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya
vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang
memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi
mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl
dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus
dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan
mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu
timbulnya pendarahan.
Pendarahan
yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri
karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah pendarahan.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh
bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter
pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering
ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik). Sekali
bersarang, bakteri Helicobacter pylori dapat bertahan di perut
selama hidup seseorang. Namun, sekitar 10-15 persen individu yang terinfeksi
kadang-kadang akan mengalami penyakit luka lambung atau usus duabelas jari.
Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus duabelas jari daripada di
lambung.
Helicobacter
pylori merupakan jenis bakteri Gram negative yang
berbentuk spiral dan sangat cocok hidup pada kondisi kandungan udara sangat
minim. Bakteri Helicobacter pylori berkoloni di dalam lambung
dan bergabung dengan luka lambung atau duodenum (lihat gambar). Infeksi
oleh Helicobacter pylori banyak ditemui pada penduduk di
negara-negara berstandar ekonomi rendah dan memiliki kualitas kesehatan yang
buruk.
2.6 Pengobatan
Gastritis
a. Pemeriksaan
darah.
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya
antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes
darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat
pendarahan lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan
pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh
bakteriH. pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan
feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
d. Endoskopi
saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan
pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes
ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel
(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu
kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang
ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes
ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan
akibat menelan endoskop.
e. Rongent
saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
2.7 Komplikasi gastritis
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan
dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan pada lambung.
Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko
kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas,
yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe
1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang
terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa
associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang
secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker
jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
2.8 Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung
pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup,
pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya.
Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam
lambung dan menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya,
bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat
yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :
a.
Anatsida.
Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk
cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.
Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat
asam lambung dengan cepat.
b.
Penghambat
asam.
Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa
sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
c.
Penghambat
pompa proton.
Cara yang lebih
efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam
dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam
dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan
ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan
ini juga menghambat kerja H. pylori.
d.
Cytoprotective
agents.
Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara
teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum
obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya
adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori.
2.9 Pencegahan
Gastritis
- Makan secara benar.
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan
pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.
- Hindari alkohol.
Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
- Jangan merokok.
Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung,
membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok.
Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung
dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat
berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
- Lakukan olah raga secara teratur.
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan
jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu
mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
- Kendalikan stress.
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan
stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya
permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan
melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat
dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara
diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi
yang cukup.
- Ganti obat penghilang nyeri.
Jika
dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih
parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
- Ikuti rekomendasi dokter
\
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
A. Idenitas
Diri
Nama :
Nn.W
Umur :
15 Tahun
Alamat :
Kramatwatu
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :
Islam
Status perkawinan : Belum kawin
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMK
Suku bangsa : Indonesia
No.Rekam medis :1401151133
Tanggal masuk : 17 - februari - 2017
Tanggal pengkajian : 18 – februari -2017
B.
IDENTITAS
PENANGGUNG JAWAB
Nama :
SITI ROHMAH
Umur :
38thn
Alamat :
Kramatwatu
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMK
Hubungan dengan pasien : Orang Tua
II.
RIWAYAT
KESEHATAN
A.
Keluhan
utama
Pasien datang kerumah sakit pada tanggal
17 – februari – 2017 dengan keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati dan lemas
dengan skala nyeri 4
B.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sakit perut, sakitnya
dirasakan seperti ditusuk-tusukpada daerah perut bagian kiri dengan skala nyeri
4, sakitnya terulang jika telat makan.
C.
Riwayat
Penyakit Masa lalu
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya
pernah mengalami sakit seperti ini, dan pasien tidak memiliki alergi obat
D.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa dikeluarganya
ada yang mengalami penyakit seperti ini.
III.
RIWAYAT
PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
A.
Identitas
Diri
Pasien merupakan seorang pelajar
B.
Konsep
Diri
Pasien mengatakan bahwa penyakit ini
karena pola makan dan istirahat dan pola makan tidak teratur
C.
Citra
Tubuh
Pasien mengatakan menyukai anggota
seluruh tubuhnya
D.
Ideal
Diri
Pasien mengatakan ingin segera sembuh
dan dapat kembali sekolah
E.
Gaya
Komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan
baik,sehari hari menggunakan bahasa indonesia
F.
Pola
Koping
Pasien selalu mendekatkan diri kepada
tuhan jika ada masalah menimpanya dan selalu bermusyawarah dengan keluarganya
G.
Pola
Interaksi
Pasien dapat berinteraksi dengan peawat
secara kooperatif
H.
Data
Sosial
Pasien bersosialisasi dengan baik,baik
dengan keluarga,tetangga,sejawat,maupun dengan penjenguk yang datang pada saat
dirawat di rumah sakit
IV.
PEMERIKSAAN
FISIK
A. Keadaan
Umum : Baik
B. Tingkat
kesadaran :
Compos Mentis
C. Tanda
– Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
N :
70 x/menit
R :
22x/menit
S : 36,5 OC
D. Pemeeriksaan
“HEAD TO TOE”
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, kiri dan kanan
tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan tidak kaku dapat digerakkan
kekiri dan kekanan tidak terdapat luka pada kulit kepala, kulit kepala cukup
bersih.
2. Mata
Bentuk simetris, pergerakkan mata normal
fungsi penglihatan baik konjugtiva anemis.
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada
sekret, tidak ada lesi, fungsi penciuman baik
4. Mulut
Mulkosa bibir lembab, gigi bersih, tidak
ada stomatitis, tidak bau mulut
5. Telinga
Bentuk telinga simetris, fungsi
pendegaran baik tidak ada kotoran.
6. Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran
pada kelenjar tiroid pergerakkan leher normal.
7. Dada
(thorax)
Bentuk dada simetris, pergarakan normal,
tidak ada nyeri tekan, respirasi 22x/menit
8. Perut
(abdomen)
Bentuk simetris kiri dan kanan,abdomen
terlihat bersih, tidak terdapat luka, pada saat dipalpasi terdapat nyeri tekan
pada ulu hati.
9. Punggung
dan Tulang belakang
Tulang belakang nomal, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada lesi
10. Ekstrmitas
·
Atas
Bentuk tanggan simetris, jari-jari
lengkap, fungsi pergerakan normal, kekuatan otot baik, keadaan kuku tangan
bersih
·
Bawah
Bentuk kaki simetris, jari-jari lengkap,
fungsi pergerakan normal, kekuatan otot baik, keadaan kuku kaki bersih
11. Kulit
Warna kulit sawo mateng, turgor kulit
baik, tidak ada lesi, suhu 36 oc, keadaan kulit baik,
12. Genetalia
dan Anus
tidak terkaji
V.
POLA
AKTIVITAS SEHARI-HARI
NO
|
Pola
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
1
|
Nutrisi
a.
Makan
Jenis
Frekuensi
Porsi
b.
Minum
Jenis
Frekuensi
|
Nasi, lauk, sayur
3x sehari
1 porsi
Air putih, susu, teh
7-8 gelas
|
Nasi, lauk, sayur, bubur
2x sehari
½ porsi
Air putih, susu
6-7 gelas
|
2
|
Eliminasi
a.
BAB
Frekuensi
Warna
Bau
Konsistensi
b.
BAK
Frekuensi
Warna
Bau
|
1x sehari
Normal
Khas
lunak
5-6x sehari
Kuning
Khas
|
1x sehari
Normal
Khas
lunak
7-8x sehari
Kuning
Khas
|
3
|
Personal Hygiene
a.
Mandi
b.
Sikat gigi
c.
Cuci rambut
d.
Gunting kuku
|
3x sehari
3x sehari
2x sehari
1x minggu
|
1x sehari
1x sehari
Masih bersih
Masih pendek
|
4
|
Istirahat
a.
Siang
b.
Malam
|
2
jam
5 jam
|
3 jam
7 jam
|
5
|
Aktivitas
|
Sekolah, belajar, membantu orang tua
|
Istirahat dan tidur
|
VI.
ANALISA
DATA
No
|
Data senjang
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||||||||||||
1
|
Data subjektif
-
Pasienn mengatakan mual dan muntah
Data objektif
-
Pasien terlihat pucat
-
TD : 120/80mmhg
-
R :
22x/menit
-
N : 70x/menit
-
S: 36,5oc
|
Masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh
Melekat pada epitel lambung
Menghancurkan
lapisan mukosa lambung
Dinding lambung menjadi tipis serta mukosa rata
Asam lambung meningkat
Nyeri pada ulu hati
|
Nyeri pada ulu hati
|
|||||||||||||
2
|
Data subjektif
-
Pasien mengatakan mual dan muntah
Data objektif
-
Pasien
tampak lemas
-
Porsi makan tidak habis
|
Proses
penyakit gastritis
Mual dan
muntah
Intake nutrisi
berkurang
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
|||||||||||||
3
|
Data sujektif
-
Pasien mengatakan lemas
Data objektif
-
Pasien tampak lemas
-
Pasien hanya terbaring di tempat tidur
|
Proses penyakit gastritis
Penurunan daya
tahan tubuh
Lemas/
kelelahan otot
Terganggunya
pola aktivitas sehari-hari
Intoleransi
aktivitas
|
Intoleransi aktivitas
|
|||||||||||||
4
|
Data sujektif
-
Pasien mengatakan susah tidur
Data objektif
-
Pasien tampak ngantuk
|
Asam lambung meningkat
Nyeri pada ulu hati
Istirahat
terganggu
Gangguan pola
istirahat
|
Gangguan pola istirahat
|
|||||||||||||
5
|
Data subjektif
-
Pasien mengatakan selama dirawat dirumah sakit
pasien belum pernah mandi
Data objektif
-
Pasien tampak bau badan
|
Lemas
Menurunnya daya tahan tubuh
Hanya
terbaring ditempat tidur
Tidak bisa melakukan personal hygine secara
mandiri
Gangguan personal hygine
|
Gangguan
personal hygine
|
|||||||||||||
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Gastritis
adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan
oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan pola makan, misalnya telat
makan, makan terlalu banyak, cepat makan-makanan yang terlalu banyak bumbu dan
pedas
Penyakit ini terjadi
akibat gangguan ketidakseimbangan diantara asam lambung, yang mengiritasi
lapisan lambung dan selaput lendir lambung, yang melindungi lapisan lambung.
Penyebab lainnya termasuka spirin, steroid, alkohol, rokok, trauma parah atau luka
bakar, dan operasi besar.
Gastritis dibagi dua
yaitu gastritis akut dan kronis. Gastritis akut dan kronis memiliki manifestasi
dan akomplikasi yang sama yaitu dapat ditemukan terjadinya perdarahan saluran
cerna atas atau perdarahan gastrointestinal atas berupa hematemesis melena.
Hematemesis Melena inilah yang merupakan keadaan gawat darurat yang sering
dijumpai ditiap rumah sakit diseluruh dunia termasuk diindonesia.
4.2
Kritik dan saran
Untuk
menghindari terjadinya gastritis, maka sebaiknya kita selaku petugas medis
memberikan contoh kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat, dengan tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum teruji
kesehatannya.
nugraha17.blogerr.comn
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Ed: ke-9 . Jakarta:
EGC.Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.
BIODATA
PENULIS
Nama :
SITI AMANAH SRIRAHAYU
NISN :
1401151133
Tempat/tanggal lahir :
PANDEGLANG, 01 AGUSTUS 1999
Jenis Kelamin :
Perempuan
Alamat :
KP.Tanjakan Ds.Sobang, Kec.Panimbang kab.pandeglang
Agama :
Islam
Nama Orangtua
Ayah :
Suparman
Ibu :
Suniah
Pekerjaan orangtua
Ayah :
Wiraswasta
Ibu :
Wiraswasta
Judul Laporan
: LAPORAN
PENDAHULUAN TENTANG
PENYAKIT GASTRITIS ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Nn.W USIA 15 TAHUN
DI RUANG 01 SMK KESEHATAN HUSADA
PRATAMA
PENYAKIT GASTRITIS ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Nn.W USIA 15 TAHUN
DI RUANG 01 SMK KESEHATAN HUSADA
PRATAMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar